Trench: Journal of Archaeology https://journal.cmbpublisher.com/index.php/Trench <p style="text-align: justify;"><strong>Trench: Journal of Archaeology</strong> is a peer-reviewed journal published by the <strong>CMB Publisher</strong>. This journal is specifically designed for students, researchers, scholars, independent researchers, and professionals who are involved in the research of archaeology in Southeast Asia. This journal is published twice a year and receives manuscripts in Bahasa Indonesia (Bahasa) and English. The journal has no article processing charges (APCs) or any other fees.</p> <p style="text-align: justify;">This journal is an Open Access Journal. Article copyright belongs to the author. All information in this journal is closed and protected by the journal manager and protected from outside interests.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Journal History</strong></p> <ul> <li style="text-align: justify;">Trench was established in June 2024 and published its first issue (Vol. 1, No. 1) in March 2025.</li> </ul> CMB Publisher en-US Trench: Journal of Archaeology Cultural Reserve Site Mejan Ompung Mardugu Banjarnahor (Toga Sehun), Buluampa, Marpadan Village, Tarabintang, Humbang Hasundutan, North Sumatera https://journal.cmbpublisher.com/index.php/Trench/article/view/26 <p>Mejan Ompung Mardugu Banjarnahor (Toga Sehun) is a Cultural Heritage Site (CB) in the form of a mejan/statue and several objects or guri-guri which is burials or secondary burials that have historical and cultural value. That the mejan and guri-guri or also called parabuen place are considered to have noble value as historical relics from a secondary burial which is part of Indonesian history, which is also supported by community data and is very important in efforts to develop science, history, culture, and character strengthening and can also be developed in the tourism sector at provincial, national and international levels. This research was carried out as an effort to protect existing cultural heritage objects; hopefully they will remain preserved from various types of damage. The Mejan Ompung Mardugu Banjarnahor Cultural Heritage Site was cleaned of various moss, then recorded according to the existing objects found, the findings were analyzed (saved by record), and carried out qualitatively by looking at the aesthetic value and looking at the purpose of the arrangement of the containers (guri-guri). The container (guri-guri) is related to secondary burials and the influence of Indian culture in them. The deceased person is then burned, and the ashes are placed in a container (guri-guri). The Mejan is a stone statue in the shape of a human riding an elephant. The elephant is likened to the God Indra (the god who rules the east side of the compass) and this is in accordance with the facing direction of the mejan which faces east. The part of the hole is given pupuk to revive the mejan. It can be concluded that the Mejan Ompung Mardugu Banjarnahor is important evidence of historical and artistic and cultural heritage that has a history of civilization humans in ancient times.</p> RITA MARGARETHA SETIANINGSIH MARTINA SILABAN Copyright (c) 2025 Rita Margareta https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2025-03-31 2025-03-31 1 1 1 9 Sekilas Tentang Situs Bangkai Perahu Di Pantai Lancang Kuning, Lagoi, Pulau Bintan, Provinsi Riau, Kepulauan Indonesia https://journal.cmbpublisher.com/index.php/Trench/article/view/27 <p>Dalam sejarah setiap zamannya, kepulauan Indonesia memiliki hubungan erat dengan unsur-unsur kemaritiman. Melihat kondisi geografis dan latar belakang sejarahnya dapat diduga bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar akan tinggalan yang berkenaan dengan unsur-unsur kemaritiman. Tinggalan budaya dimaksud merupakan data penting untuk dipelajari sebagai bahan mengungkap aspek kehidupan manusia masa lalu, khususnya yang berkenaan dengan kehidupan maritim. Namun dalam kenyataannya belum banyak peneliti Indonesia yang memusatkan perhatiannya pada penelitian atas aspek-aspek kemaritiman itu, khususnya untuk wilayah Provinsi Kepulauan Riau, wilayah pengaruh kekuasaan orang-orang Melayu yang merupakan kawasan strategis, berhadapan langsung dengan Laut Cina Selatan, Mediterania/Laut Tengah Asia, di bagian tenggara Selat Malaka. Pulau-pulaunya merupakan benteng terhadap arus laut yang membantu para pelaut saat navigasi yang digunakan perahu layar sejak dahulu dilakukan dengan menyusuri pantai. Di kesempatan ini akan dicoba untuk menyampaikan kilasan situs bangkai perahu Pantai Lancang di Puau Bintan, serta situs-situs lainnya di Provinsi Kepulauan Riau. Hasil kegiatan arkeologis di sana diharapkan dapat membantu merunut dan mereposisi sejarah maritim Indonesia. Penekanan penulisan kali ini berkenaan dengan berbagai aspek, di antaranya perkembangan teknik pembangunan perahu, cargo/muatan perahu, dan lainnya yang terkait dengan jalur perdagangan, serta kehidupan masyarakatnya yang berorientasi pada laut.</p> LUCAS PARTANDA KOESTORO Copyright (c) 2025 Lucas Partanda Koestoro https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2025-03-31 2025-03-31 1 1 10 25 Sejarah Komunitas Dan Pemerintahan Masyarakat Karo Di Desa Nambiki Wilayah Langkat https://journal.cmbpublisher.com/index.php/Trench/article/view/33 <p>Masyarakat Karo tersebar tidak hanya di wilayah Karo saja namun persebaran Masyarakat Karo sampai ke Langkat. Salah satu wilayah langkat yang mayoritas penduduknya beretnis Karo adalah Desa Nambiki di Kecamatan Selesai. Sejak masa Kesultanan Langkat, Desa Nambiki menjalin hubungan baik dengan pihak kesultanan. Hubungan baik itu dapat dilihat dari perwakilan salah satu tokoh dari perwakilan Masyarakat Karo di pemerintahan Kesultanan Langkat. Bahkan terjadi akulturasi budaya antara masyarakat Karo dengan Melayu. Akulturasi yang tampak pada Masyarakat Nambiki adalah ornament rumah panggung yang menggunakan motif Melayu serta kesenian Ronggeng. Tulisan ini akan menggambarkan bagaimana hubungan itu dapat terjadi dan bagaimana hubungan masyarakat Karo di Nambiki berhubungan dengan Kesultanan Langkat. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka diawali dengan metode pencarian dokumen di beberapa perpustakaan serta Arsip Nasional Republik Indonesia. Selain studi dokumen dilakukan juga studi wawancara dengan beberapa informan yang mengetahui informasi penting terkait sejarah dan budaya Masyarakat Karo di Nambiki. Setelah data-data didapatkan kemudian dilakukan tahapan verifikasi dan interpretasi untuk menuangkan dalam tulisan.</p> SRI HARTINI RATNA MARTINA SILABAN HANDOKO Copyright (c) 2025 Sri Hartini https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2025-03-31 2025-03-31 1 1 26 34 Identifikasi Keramik Kuno Di Desa Mekar Alam, Kabupaten Tanjung Jabung Barat https://journal.cmbpublisher.com/index.php/Trench/article/view/32 <p>Penelitian ini dilatar belakangi oleh temuan keramik kuno pada area perkebunan di Desa Mekar Alam, Kecamatan Seberang Kota, Kabupaten Tanjung Jabung Barat melalui penggalian yang tidak sengaja oleh Masyarakat pada tahun 2021. Keramik kuno ditemukan dalam jumlah yang signifikan dan sebagian besar kondisinya utuh. Temuan tersebut saat ini telah diangkat dan di simpan di rumah pemilik lahan, sehingga sejak ditemukan keramik kuno tersebut belum memiliki data kronologi secara jelas mengenai jenis dan periodisasinya. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi bahan, bentuk dan periodisasi keramik kuno Desa Mekar Alam. Untuk menjawab permasalahan tersebut dilakukan metode penelitian arkeologi yang diawali dengan penjajagan, kemudian melakukan pengolahan menggunakan metode pengambilan data melalui <em>purposive sampling</em>. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 921 keramik Cina berbentuk mangkok yang terbagi menjadi 3 tipe berdasarkan warna glasir yaitu: Keramik (Yue ware), Keramik Berglasir Kuning Anhui (<em>Anhui Lime Glazes</em>), Keramik Berglasir Putih Lima Dinasti (<em>Five Dynasties Whiteware Glazes</em>). Secara periodesasi, keramik-keramik tersebut berasal dari abad ke-9 sampai 10 masehi pada periode Dinasti Tang.</p> MAULUDINA JAYANTI AMIR HUSNI ARI MUKTI WARDOYO ADI Copyright (c) 2025 Mauludina Jayanti https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2025-03-31 2025-03-31 1 1 35 54 Kajian Epigrafi Pada Batu Nisan Islam Di Situs Lamreh Dan Kaitannya Dengan Kerajaan Lamuri https://journal.cmbpublisher.com/index.php/Trench/article/view/28 <p>Lamreh merupakan sebuah situs arkeologi yang terletak di daerah Aceh Besar, Aceh, Indonesia. Batu nisan ialah artefak yang paling banyak ditemukan di situs ini. Batu nisan memiliki bentuk yang beragam serta pahatan kaligrafi Islam pada bagian badannya. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis epigrafi dari batu nisan dan kaitannya dengan Kerajaan Lamuri. Metode yang digunakan adalah survei permukaan melalui metode pensampelan berkelompok. Hasil survei ditemukan 474 buah batu nisan yang terbagi kepada bentuk pipih, blok dan silinder. Secara keseluruhan, hanya 41 buah batu nisan yang memiliki pahatan kaligrafi dari jumlah nisan yang ditemukan. Inskripsi yang dijumpai berupa biografi, kalimat syahadah, sufi dan ayat al-Quran. Kandungan pahatan kaligrafi yang paling unik ialah informasi pemilik nisan yang dinyatakan dengan jelas. Nama-nama tokoh yang dipahat pada batu nisan di situs ini ialah Sultan Muhammad bin ‘Alawuddin (1431 M), Sultan Muhammad Syah (1503 M). Selain itu, terdapat juga beberapa nama tokoh dengan gelar Malik, Qadhi (hakim), Amir Qura (pemimpin kampung), Sirajul Muluk (penasihat raja) dan syeikh (Alim Ulama). Berdasarkan hasil analisis epigrafi maka dapat disimpulkan bahwa nama-nama tokoh tersebut memberikan satu struktur sosial dalam sistem pemerintahan pada masa tersebut. Oleh itu, informasi pada batu nisan tersebut menunjukkan bahwa mereka adalah tokoh-tokoh penting dalam Kerajaan Lamuri yang mana merupakan salah satu kerajaan di Aceh pada abad ke-11 hingga abad 16 Masehi.</p> SARYULIS SARYULIS HUSAINI IBRAHIM MOKHTAR SAIDIN Copyright (c) 2025 Saryulis https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2025-03-31 2025-03-31 1 1 55 65 Ancaman Terhadap Warisan Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto Sebagai Warisan Budaya: Sebuah Tinjauan Literatur https://journal.cmbpublisher.com/index.php/Trench/article/view/31 <p><em>This article explores the tangible and intangible heritage of the Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto. This research also seeks to understand the challenges it faces of this site. The research employs a qualitative methodology with a literature review as its primary approach. Data was collected from a variety of sources, including books, official UNESCO documents, journal articles, theses, reports, and online databases. The Ombilin Coal Mining Heritage comprises not only tangible assets such as former mining sites and supporting facilities but also a rich tapestry of intangible cultural heritage. This unique blend of tangible and intangible elements contributes significantly to the region's allure. Despite its cultural significance, the site is exposed to numerous threats, including natural hazards that pose risks to the preservation of its components.</em></p> SAUFANNUR Copyright (c) 2025 Saufannur https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2025-03-31 2025-03-31 1 1 66 79